This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 09 Agustus 2012

KEKURANGAN FISIK TAK HARUS MEMBATASI KITA UNTUK BERBUAT SEUATU!!

Pahrudin

Pahrudin
Tak mendapat restu orang tua untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah, justru membuat pemuda asal Desa Lubuk Tampang, Kabupaten Lahat, yang sejak kecil terkena polio ini tertantang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi banyak orang. Melihat kampungnya yang rawan dengan aktivitas premainsme, ia pun bertekad untuk melakukan perubahan. Pahrudin, pemuda yang saat itu berumur 24 tahun akhirnya menginisiasi gerakan pemuda dalam wadah karang taruna. Pahrudin mendirikan karang taruna pada tahun 1993.

Apa yang dilakukan Pahrudin bukan tanpa tantangan. Ia harus melakukan banyak pendekatan pada para pemuda di kampungnya untuk bisa menerima idenya. Tak jarang ia juga harus berdiskusi panjang untuk meyakinkan dan mengajak mereka bergabung dengan karang taruna yang dirintisnya. Bahkan ketika sedang mengajar anak-anak untuk mengaji, ia kerap mendapat banyak gangguan oleh para pemuda desa yang sedang mabuk.

Pahrudin tak menyerah. Dengan kegigihannya, rupanya banyak pemuda yang akhirnya menyatakan bergabung dengan karang taruna. Mereka pun terlibat aktif dan bersemangat untuk melakukan banyak kegiatan. Berjalan selama hampir 20 tahun, karang taruna Lubuk Tampang semakin berkembang. Hingga saat ini, tercatat jumlah anggota secara keseluruhan mencapai 300 orang antara usia 7 tahun hingga 45 tahun. Kegiatan yang diampu oleh karang taruna pun bervariasi yang mencakup pendidikan dan olahraga.

Dalam bidang pendidikan, karang taruna ini berhasil mendirikan Taman Pendidikan Al-quran (TPA) sejak tahun 1994 lalu. Prestasinya pun telah mencapai tingkat nasional dengan menjuarai lomba senam santri pada 2008 lalu di Jakarta. Tak berhenti pada TPA, Pahrudin juga menggerakkan semangat para pemuda karang taruna untuk mendirikan Taman Kanak-kanak (TK) pada 2010.

Menariknya, baik TPA maupun TK, semua tenaga pengajarnya adalah anggota karang taruna sendiri. Hingga sekarang, kegiatan keduanya diadakan di gedung sempit di dekat balai desa. Pun begitu, kondisi ini tak menyurutkan semangat para guru dan murid untuk tetap menghidupkan dua lembaga pendidikan ini.

Bidang olah raga pun tidak kalah. Voli dan bola kaki menjadi kegiatan olah raga rutin yang diikuti anggota karang taruna. Tak tanggung-tanggung, olah raga voli yang dulu dirintis sejak tahun kedua berdirinya karang taruna ini telah mencatat 85 kali kemenangan dalam pertandingan baik di tingkat kecamatan hingga provinsi Sumatera Selatan.

Dengan beragam kegiatan dan prestasi yang diraih, Pahrudin dan para pemuda di Lubuk Tampang berhasil membawa karang tarunanya hingga menjadi karang taruna teladan tingkat Provinsi Sumatera Selatan. Jika dulu banyak pemuda Lubuk Tampang yang mabuk-mabukan dan melakukan aktivitas premanisme, justru sekarang sebaliknya. Semua kegiatan pemuda telah beralih pada kegiatan positif dengan terus menorehkan prestasi.

 




BERPRESTASI DI USIA MUDA

 
Jumat, 03 Agustus 2012 21:30:00 WIB BERPRESTASI DI USIA MUDA Baru-baru ini sejumlah pelajar kita berhasil mengharumkan nama bangsa dan negara. Sebagian mereka berhasil memenangkan lomba penemuan di ajang Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand. Sementara itu salah seorang pelajar kita berhasil meraih medali emas di ajang science di Amerika Serikat. Sungguh prestasi yang membanggakan. Linus Nara Pradhana misalnya. Pelajar yang baru berusia 13 tahun itu berhasil meraih medali emas di Bangkok Thailand. Nara, demikian ia akrap disapa, yang masih duduk di kelas 8 SMP Petra V Surabaya itu menciptakan helm yang berpendingin. “Awalnya saya prihatin melihat helm ayah saya yang sangat panas jika digunakan di keramaian lalu lintas di Surabaya,” kata Nara memberi alasan ide awal membuat helm berpendingin. Berbagai percobaan ia lakukan, seperti memasukan air di atas bagian helm dan membungkus dengan kain basah, namun upaya itu belum berhasil. Nara yang bercita-cita menjadi penerbang itu akhirnya memasukkan sejumlah ‘gel” diatas bagian permukaan helm. “Ternyata saya berhasil membuat helm yang dingin,”ujar Nara bangga. Sementara itu dua pelajar dari Yogyakarta tidak mau kalah dengan Nara. Muhammad Luqman dan Faisal Fuad Rachman berhasil meraih medali perunggu pada perlombaan yang sama. Kedua pelajar itu berhasil menciptakan sepatu “bermata dua” bagi penyandang tunanetra. Cara kerja alat itu adalah ditempelkan pada sepatu dan membaca sensor warna. Dengan alat ini saudara kita yang tunanetra tidak memerlukan tongkat lagi. Luqman dan Faisal mengakui temuannya, sepatu bermata dua ini memang masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Acungan jempol mungkin layak kita berikan kepada Muhammad Luthfi Nur Fakri. Melalui temuannya, pelajar SMA Negeri I Bogor, Jawa Barat itu menyabet medali emas di ajang lomba science di Amerika Serikat. Luthfi yang saat ini berusia 16 tahun itu menemukan alat pendeteksi pemakaian pupuk atau Digital Leaf Color Chart. Alat yang berupa pembaca digital itu jika ditempelkan ke daun, maka akan muncul angka yang merupakan dosis atau takaran pemakaian pupuk. “Dengan demikian petani tidak meraba-raba jumlah pupuk yang akan digunakan. Alat ini sangat membantu para petani,”ujar Luthfi bangga. Kegigihan Luthfi menciptakan alat ini patut ditiru. Karena ia pantang menyerah walau sering gagal hingga ratusan kali. Makin banyaknya para perokok yang merokok sembarangan dan bahaya yang ditimbulkannya membuat prihatin dua sahabat Hermawan Maulana dan Zihramma Afdi. Dua pelajar SMA Negeri III Semarang, Jawa Tengah itu membuat alat pengurai asap rokok menjadi oksigen. Dan, lagi-lagi alat yang diberi nama T-Box Application to Reduce the Danger Impact of CO dan CO2 in Smoking Room itu menyabet medali emas pada lomba yang digelar di Bangkok, Thailand pada Juni lalu. Secara sederhana alat ini menyaring atau menghisap asap rokok yang ada dalam ruangan dan menyaringnya kedalam suatu ruangan yang sudah diberi alat tersebut. “Asap yang dihisap itu kemudian diurai. Nikotinnya akan menempel ke dalam medan magnet yang dialiri listrik dan asap yang sudah disaring tadi kemudian dihembuskan lagi ke ruangan semula,” papar Hermawan dan Afdi ketika menerangkan cara kerja T Box. Sepintas T Box ini cocok digunakan di ruang merokok di perkantoran atau di pusat perbelanjaan. Prestasi pelajar-pelajar Indonesia ini memang membanggakan. Sudah selayaknya kita memberikan apresiasi dan kemudahan-kemudahan, baik itu berupa sarana penelitian atau bantuan biaya pendidikan sampai mereka bisa menuntaskan cita-citanya. Jika kita abai, dikhawatirkan bibit-bibit unggul itu akan hijrah dan menetap di luar negeri seperti kebanyakan ilmuwan kita saat ini.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com